Produk daur ulang menjadi tren dalam kerajinan kreatif. Barang yang
semula tak bernilai di lingkungan ternyata bisa dibikin produk
berkualitas. Seperti yang dilakukan Edi Murtono, warga Jl Raya
Sragen-Batu Jamus, tepatnya di RT 004/RW 001, Dukuh Segong, Desa
Mojodoyong, Kedawung, Sragen.
Alumnus Sekolah Tinggi Seni
Indonesia (STSI) yang kini menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Solo
itu memberi nama bengkel seninya Rumah Karya Kita. Rumah sederhana di
depan SPBU Botok, Kedawung itu juga berfungsi sebagai galeri seni.
Berbagai
macam suvenir, interior rumah, tas dan sebagainya dipajang di galeri
kecil itu. Semua produk tersebut memanfaatkan kayu daur ulang hutan
karet dan beberapa biji-bijian dan buah-buahan di lingkungan sekitar.
Di
tangan Edi, buah karet kering yang sering dijumpai di hutan karet
dijadikan kerajinan binatang unik seperti semut, lebah dan kupu-kupu.
Sebagian besar karya Edi didominasi bentuk binatang semut. Seperti
suvenir, lampu dinding, lampu duduk dan jam duduk. Uniknya, Edi
menggunakan warna alami yang melekat pada bahan dalam pembuatan
pernik-pernik suvenir itu.
Dua buah karet yang berwarna cokelat
kehitam-hitaman dirangkai menjadi badan semut. Sedangkan buah pohon
nyamplung dibikin jadi kepala dengan hiasan biji saga merah sebagai mata
dan biji buah pohon sangga tuntheng sebagai hidungnya. Sosok semut itu
ternyata memadukan buah dan biji dari empat jenis pohon.
Edi hanya
menggunakan tali sederhana sebagai tangan dan kaki semut. Semut itu
dibentuk seperti orang tiduran di kursi pantai. Kulit buah mahoni
dipotong membentuk elips dengan dua sudut lancip sebagai kursi pantai.
Sementara di samping semut itu diletakkan sebuah meja lingkaran dan
payung di atasnya.
Payung itu pun dibuat dari kulit buah jambe
dengan tiang kayu seadanya. Di meja kecil itu diletakkan sesuatu dengan
hiasan bunga edelweiss. Alasnya pun memanfaatkan potongan kayu tak
terpakai yang dibalut dengan pasir putih. Itulah gambaran produk luar
biasa karya Edi Murtono.
“Dari beberapa produk, saya hanya
memanfaatkan limbah kayu, terutama kayu karet. Di sekeliling rumah
banyak hutan karet. Awalnya, saya mengantarkan anak-anak TPA untuk outbound di
hutan karet. Saya membuat permainan untuk mencari buah karet. Setelah
terkumpul saya bawa pulang. Setelah diotak-atik, jadi semut itu,” ujar
Edi saat mengirim produk ke Solo.
Lain halnya dengan lampu hias
untuk melengkapi interior rumah. Lampu duduk itu memanfaatkan ranting
benalu yang umurnya lebih dari satu tahun. Ranting benalu kering sering
dijumpai di hutan karet. Biasanya ranting benalu itu dimanfaatkan warga
untuk kayu bakar. Bagi Edi, ranting benalu itu bisa dibuat produk
kreatif.
“Kayu-kayu benalu itu saya yang mencarinya ke hutan
karet. Kini, warga sekitar tak lagi memanfaatkan kayu benalu sebagai
kayu bakar. Katanya kalau memanfaatkan kayu itu rezekinya bisa seret.
Saya biasa mencari kayu benalu itu dua pekan sekali. Kalau untuk mencari
buah karetnya harus menunggu musim buah dulu,” jelas Engkis Istiyono
Adhi, adik Edi Murtono.
kunjungi :http://www.suppliercraft.com
- Home > Kerajinan Daur Ulang
Kerajinan Daur Ulang
Diposting oleh Unknown on Kamis, 22 November 2012
di
22.11.12
Terima kasih Anda telah membaca artikel Kerajinan Daur Ulang , mengutip atau mengcopy artikel ini mohon untuk mencantumkan link http://blogrumah193.blogspot.com/2012/11/kerajinan-daur-ulang.html sebagai sumbernya. Apabila ada pertanyaan dan keluhan silakan Contact Saya.
loading..
{ 0 komentar... read them below if any or add comment }
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.